only me

only me

Jumat, 26 Agustus 2011

KARYA TULIS MARIA STEVANI




HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PHBS DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI SELINCAH PALEMBANG TAHUN 2011


KARYA TULIS ILMIAH




MARIA STEVANI
NIM. PO.71.20.1.08.020





POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG
JURUSAN KEPERAWATAN PALEMBANG
JULI 2011




HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PHBS DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI SELINCAH PALEMBANG TAHUN 2011


KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar

AHLI MADYA KEPERAWATAN


MARIA STEVANI
NIM. PO.71.20.1.08.020



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG
JURUSAN KEPERAWATAN PALEMBANG
JULI 2011



HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS


Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar



Nama : Maria Stevani
NIP : PO. 71. 20. 1. 08. 020
Tanggal : 25 Juli 2011





Tanda Tangan



( Maria Stevani )




HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Maria Stevani
NIP : PO 71. 20. 1. 08. 020
Jurusan : Keperawatan
Judul KTI : Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang PHBS Dengan Kejadian Diare pada Balita Di Puskesmas Sei Selincah Palembang Tahun 2011

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan pada Jurusan Keperawatan Palembang Poltekkes Kemenkes Palembang.
DEWAN PENGUJI

Pembimbing 1 : Sulaiman, SKM, S.Pd, M.Pd, M.Kes ( )

Pembimbing 2 : Budi Santoso, S.Kep, Ners, M.Kep, Sp.Kom ( )

Penguji : Ira Kusumawaty, S.Kp, M.Kep, MPH ( )

Ditetapkan tanggal : Juli 2011

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

 Jadilah Bintang yang selalu bersinar untuk semua orang.

Dengan segenap hati, kupersembahkan semua ini kepada :
 Tuhan yang selalu melimpahkan rahmat-Nya, membimbing, menemani, dan selalu berada di hatiku. I love U God.
 Mama dan papa tercinta yang selalu mendukung dan mengarahkan aku. Vani sayang mama dan papa.
 Untuk diriku sediri, yang sudah berusaha semaksimal mungkin memberikan yang terbaik. I love my self.
 Bapak Sulaiman, SKM, S.Pd, M.Pd, M.Kes selaku pembimbing I, Bapak Budi Santoso, S.Kep, Ners, M.Kep, Sp.Kom, selaku pembimbing II, Ibu Ira Kusumawaty, S.Kp, M.Kep, MPH selaku penguji Karya Tulis Ilmiah untuk semua dosen tersebut terima kasih atas bimbingannya selama ini.
 Seluruh dosen Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan Keperawatan, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan. Semoga kelak bisa kuterapkan dan kulaksanakan dimanapun aku berada. Amin.
 Untuk kakakku (abang mic, yug may, bang ares) serta adek-adekku (meta, mega, marles) yang senantiasa selalu membuat ku tersenyum dikala aku sedang mengalami kesulitan.
 Teman-teman tersayangku , mbak wie (Wike Indriyani), my twins (Frita Anesia), b’imam (Lia Puspita), kakak tiri (Dori Apriansyah), kanda (Arief Budiman), makasih atas 3 tahun waktu bersama yang sangat indah, makasih atas perhatian dan sayang kalian. Semuanya tak kan pernah aku lupa. Aku sayang kalian semua …
 Teman-teman sepermainanku ,, ajeng, vina, andez, tanjung, opi, bundo, iin, wiwik, sepri, jhon, gede, firza, afni, umi, rahma,kak marta, riri, bang firman, agus, delfi, arlan, caca, penti, bebe, mama, makasih ya semuaa .. atas dukungan dan semangat yg udah kalian beri padaku.
 Temen-temen tingkat III.A, temen-temen yang pernah sekamar di kamar edelweis, sekamar di kamar anyelir, yang tinggal dalam satu rumah di prabu, yang berada dalam satu bus perjalanan ke Bali ,, banyak kenangan yang tak kan terlupa, mungkin ini akan menjadi sebuah Kisah Klasik Untuk Masa Depan…..
 Temen-temen seperjuangan dan sealmamater (angkatan 41), yang sama-sama berjuang, aku suka kekompakan kita ,, I love u all ,,
 Adek-adekku Henki, Toyo, Aldo makasih ya atas dukungan dan perhatiannya sama kakak ,, dan seluruh adek tingat ,, yang semangat yahh ,,
 Untuk semua yang sudah mendukung saya,, saya ucapkan banyak terima kasih.



DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Diri
Nama : Maria Stevani
Tampat/tanggal lahir : Palembang, 23 Agustus 1990
Agama : Katholik
Alamat :

Pendidikan
Tahun 1995 - 1996 : TK Xaverius 4 Palembang
Tahun 1996 - 2001 : SD Xaverius 3 Palembang
Tahun 2002 - 2004 : SMP Negeri 8 Palembang
Tahun 2005 - 2008 : SMA Negeri 7 Palembang


KATA PENGANTAR


Salam Sejahtera,
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya jualah maka penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Keluarga tentang PHBS dengan Kejadian Diare Pada Balita di Puskesmas Sei Selincah Palembang Tahun 2011”.
Adapun maksud dan tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan baik teknik penulisan maupun isinya. Hal ini karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan dan saran secara tertulis maupun lisan. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu drg. Nur Adiba Hanum, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Depkes Palembang.
2. Bapak H. Ridwan Ikob, S.Pd, SKM, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Depkes Palembang.
3. Bapak Sulaiman, SKM, S.Pd, M.Pd, M.Kes selaku pembimbing I yang telah dengan sabar membimbing dan memberikan masukan serta pengarahan yang sangat dibutuhkan dalam proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Bapak Budi Santoso, S.Kep, Ners, M.Kep, Sp.Kom, selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu serta memberikan saran dan membimbing dengan penuh kesabaran sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
5. Ibu Ira Kusumawaty, S.Kp, M.Kep, MPH, selaku penguji Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan masukan dan bimbingannya dalam perbaikan Karya Tulis ilmiah ini.
6. Bapak H. Ishak Bakri, S.Sos, M.Kes, selaku pembimbing akademik yang selalu memberi nasehat yang berarti.
7. Seluruh staf dosen Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Palembang yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan mendidik kepada pendidik selama mengikuti pendidikan.
8. Bapak dan ibu tercinta serta saudara-saudaraku, yang telah memberikan doa dan dukungan baik moral, material dan spiritual sehingga penulis mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Teman-teman seperjuangan yang telah banyak memberikan bantuan baik tenaga maupun pikiran.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga Tuhan melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua dan semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua amin.




Palembang, Juli 2011



Penulis



HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademis Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan Keperawatan Palembang, saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Maria Stevani
NIP : PO. 71. 20. 1. 08. 020
Program Studi : Keperawatan
Departemen : Kementerian Kesehatan Palembang
Institusi : Politeknik Kesehatan Republik Indonesia
Jenis Karya : Karya Tulis Ilmiah
\Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan Keperawatan Palembang Hak Bebas Royaliti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang PHBS Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Puskesmas Sei Selincah Palembang Tahun 2011. Dengan Hak Bebas Royaliti Noneksklusif ini Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan Keperawatan Palembang berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Palembang
Pada tanggal : Agustus 2011
Yang menyatakan


( Maria Stevani)



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG JURUSAN KEPERAWATAN

KARYA TULIS ILMIAH, JULI 2011
MARIA STEVANI
HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PHBS DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI SELINCAH PALEMBANG TAHUN 2011

ABSTRAK
Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama mordibitas dan mortilitas pada anak di seluruh dunia, diperkirakan setiap tahunnya anak mengalami diare atau gastroenteritis sebanyak 99.000.000 kasus. Diare merupakan keadaan dimana seseorang menderita mencret, tinjanya cair, dapat bercampur darah atau lendir, kadang-kadang disertai muntah-muntah sehingga diare dapat menyebabkan kekurangan cairan tubuh maka hal ini dapat menyebabkan kematian terutama pada balita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan keluarga tentang PHBS dengan kejadian diare di Puskesmas Sei Selincah Palembang Tahun 2011. Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik accidental sampling dimana responden adalah keluarga yang paling dekat dengan balita dan berkunjung ke Puskesmas Sei Selincah Palembang Tahun 2011, dengan jumlah responden 36 orang, teknik pengumpulan data ini menggunakan kuesioner. Analisa data yang dipergunakan adalah uji chi-square. Hasil analisa data menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan keluarga tentang PHBS dengan kejadian diare dimana nilai ρ < 0,05 ( ρvalue = 0,025). Dari hasil penelitian ini maka saran yang diajukan peneliti adalah diharapkan puskesmas dapat lebih meningkatkan upaya promotif misalnya dengan meningkatkan lagi penyuluhan-penyuluhan tentang PHBS kepada para keluarga khususnya keluarga yang memiliki balita yang terkena diare minimal satu bulan satu kali sehingga keluarga dapat melakukan upaya pencegahan tehadap kejadian diare.


Daftar Bacaan : 20 (2001-2010)
Kata Kunci : Diare, Pengetahuan PHBS


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN JUDUL ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS iii
LEMBAR PENGESAHAN iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP vi
KATA PENGANTAR vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ix
ABSTRAK x
ABSTRACT xi
DAFTAR ISI xii
DAFTAR TABEL xv
DAFTAR GAMBAR xvi

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.1.1.Rumusan Masalah 4
1.1.2.Pertanyaan Penelitian 4
1.2. Tujuan 5
1.2.1.Tujuan Umum 5
1.2.2.Tujuan Khusus 5
1.3. Manfaat Penelitian 5
1.4. Ruang Lingkup Penelitian 6

BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1. Konsep Dasar Diare
2.1.1.Pengertian Diare 7
2.1.2.Etiologi 7
2.1.3.Patofisiologi 9
2.1.4.Manifestasi Klinis 10
2.1.5.Penatalaksanaan Diare 10
2.1.6.Cara Pencegahan Diare 11
2.2. Pengetahuan
2.2.1. Pengertian Pengetahuan 12
2.2.2. Tingkat Pengetahuan 13
2.3. Teori Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
2.3.1. Pengertian PHBS 15
2.3.2. Tujuan PHBS 15
2.3.4. Tatanan PHBS 15
2.3.5. Indikator PHBS 15
2.3.6. Bidang PHBS 16
2.3.7. Pengembangan PHBS 16
2.3.8. Masalah PHBS 17
2.4. Konsep Keluarga
2.4.1. Pengertian Keluarga 22
2.4.2. Struktur Keluarga 22
2.4.3. Ciri-ciri Keluarga 23
2.4.4. Tipe Keluarga 23
2.4.5. Fungsi Keluarga 25
2.4.6. Tugas Keluarga 27

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep 28
3.2. Definisi Operasional 29
3.3. Hipotesis 30

BAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian 31
4.2. Populasi dan Sampel
4.2.1. Populasi Penelitian 31
4.2.2. Sampel Penelitian 31
4.3. Pengumpulan Data
4.3.1. Sumber Data 32
4.3.2. Teknik Pengumpulan Data 32
4.4. Pengolahan Data
4.4.1. Editing 33
4.4.2. Coding 33
4.4.3. Processing 33
4.4.4. Cleaning 34
4.5. Analisa Data
4.5.1. Univariat 34
4.5.2. Bivariat 34

BAB V HASIL PENELITIAN 35
BAB VI PEMBAHASAN 46
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN


DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Penderita Diare Di Puskesmas Sei Selincah Tahun 2010 2
Tabel 3.1 Definisi Operasional 29
Tabel 5.1 Luas Wilayah Kerja Puskesmas Sei Selincah 35
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Umur Balita yang Berobat di Puskesmas Sei Selincah Palembang Tahun 2011 41
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Jenis Kelamin Responden di Puskesmas Sei Selincah Palembang Tahun 2011 42
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pendidikan Terakhir Responden di Puskesmas Sei Selincah Palembang Tahun 2011 42
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pekerjaan Responden di Puskesmas Sei Selincah Palembang Tahun 2011 43
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Keluarga Tentang PHBS di Puskesmas Sei Selincah Palembang Tahun 2011 43
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Kejadian Diare di Puskesmas Sei Selincah Palembang Tahun 2011 44
Tabel 5.8 Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang PHBS Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Puskesmas Sei Selincah Palembang Tahun 2011 45





DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 28



BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
Kesehatan memegang peranan besar dalam meningkatkan derajat hidup masyarakat, maka semua negara berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya. Pelayanan kesehatan ini berarti setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan mengobati penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, kelompok, ataupun masyarakat (Adisasmito, 2010).
Anak merupakan aset masa depan yang akan melanjutkan pembangunan di suatu negara. Masa perkembangan tercepat dalam kehidupan anak terjadi pada masa balita. Masa balita merupakan masa yang paling rentan terhadap serangan penyakit. Terjadinya gangguan kesehatan pada masa tersebut, dapat berakibat negatif bagi pertumbuhan anak tersebut seumur hidupnya ( Adzania, 2004 ). Pneumonia, diare, gizi buruk, dan malaria merupakan penyebab lebih dari 70% kematian anak umur di bawah 5 tahun (Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Selatan, 2006). Penyakit yang masih perlu diwaspadai menyerang balita adalah diare (Widjaja, 2003).
Diare merupakan keadaan dimana seseorang menderita mencret, tinjanya cair, dapat bercampur darah atau lendir, kadang-kadang disertai muntah-muntah sehingga diare dapat menyebabkan kekurangan cairan tubuh maka hal ini dapat menyebabkan kematian terutama pada balita. Anak biasanya rentan sekali terhadap diare, perkembangan sistem pencernaan dan kekebalan tubuh yang belum optimal menyebabkan anak mudah terserang diare akibat bakteri atau virus.
Diperkirakan setiap tahunnya anak mengalami diare akut atau gastroenteritis akut sebanyak 99.000.000 kasus. Di Amerika Serikat, diperkirakan 8.000.000 pasien berobat ke dokter dan lebih dari 250.000 pasien dirawat di rumah sakit tiap tahun (1,5% merupakan pasien dewasa) yang disebabkan karena diare atau gastroenteritis (Qualiyah, 2010).
Angka kejadian diare, disebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu balita. Selama tahun 2006 sebanyak 41 kabupaten di 16 provinsi melaporkan jumlah kasus diare yang sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya menyebabkan kematian (Qualiyah, 2010).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Palembang pada tahun 2008 didapat penderita diare pada semua umur sebanyak 33.558 jiwa, sedangkan penderita diare pada balita sebanyak 26.891 jiwa ( Profil Kesehatan Kota Palembang, 2008 ). Menurut data yang didapat di Puskesmas Sei Selincah, kejadian diare pada tahun 2008 pada semua umur sebanyak 1304 jiwa dan pada balita sebanyak 892 jiwa. Pada tahun 2009 kejadian diare mengalami penurunan, untuk semua umur kejadian diare sebanyak 1165 jiwa sedangkan untuk balita sebanyak 463 jiwa. Lalu pada tahun 2010, untuk kejadian diare pada semua mengalami penurunan sebanyak 1.197 jiwa per 41.474 penduduk tetapi kejadian diare mengalami peningkatan pada balita dengan jumlah penderita sebanyak 530 jiwa.
TABEL 1.1 JUMLAH PENDERITA DIARE DI PUSKESMAS WILAYAH KECAMATAN KALIDONI TAHUN 2010
No Puskesmas Jumlah Penderita Diare Jumlah Penduduk
1 Kalidoni 1.822 32.940
2 Sei Selincah 1.197 41.474
3 Bukit Sangkal 575 20.381
Sumber : Data Diare Tahun 2010, Dinas Kesehatan Kota Palembang
Menurut penelitian-penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa banyak faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada anak. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah kurangnya pengetahuan orang tua, hygiene yang kurang baik perorangan maupun lingkungan, sosial ekonomi, sosial budaya, gizi yang kurang (Warouw, 2002).
Diare dapat dicegah dengan cara menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat yang dapat dilakukan dengan cara : mencuci tangan pakai sabun, meminum air minum sehat atau air yang telah diolah, membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya menggunakan jamban dengan tangki septik (Anonim, 2009).
Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan langkah ampuh untuk menangkal penyakit, terutama penyakit berbasis lingkungan seperti diare. Namun dalam praktiknya, penerapan PHBS yang kesannya sederhana tidak selalu mudah dilakukan. Terutama bagi mereka yang tidak terbiasa. Dalam hal ini, pendidikan dari keluarga sangat dibutuhkan. Konsep PHBS memang sederhana. Namun, penerapannya kadang sulit dilakukan. PHBS mencakup kebiasaan-kebiasaan yang harus dilakukan setiap saat (Aldi, 2007).
Dalam hal ini, pendidikan dalam keluarga memegang peran penting karena keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami gangguan kesehatan atau dalam keadaan sakit.
Menurut Friedman 2003, peran dan tugas keluarga dalam mengenal masalah kesehatan yaitu mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga, mengambil keputusan melakukan tindakan yang tepat memberi perawatan kepada anggota keluarga yang sakit serta mempertahankan lingkungan tetap sehat, mempertahankan hubungan timbal balik pada keluarga serta memanfaatkan fasilitas kesehatan.
Berdasarkan uraian latar belakang maka peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan Pengetahuan Keluarga tentang PHBS dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Sei Selincah Tahun 2011”.
1.1.1 Rumusan Masalah
Data yang didapat di Puskesmas Sei Selincah, kejadian diare pada tahun 2008 pada semua umur sebanyak 1304 jiwa dan pada balita sebanyak 892 jiwa. Pada tahun 2009 kejadian diare mengalami penurunan, untuk semua umur kejadian diare sebanyak 1165 jiwa sedangkan untuk balita sebanyak 463 jiwa. Lalu pada tahun 2010, untuk kejadian diare pada semua mengalami penurunan sebanyak 1.197 jiwa per 41.474 penduduk tetapi kejadian diare mengalami peningkatan pada balita dengan jumlah penderita sebanyak 530 jiwa.
Berdasarkan data diatas, rumusan masalah adalah masih tingginya kejadian diare pada balita di Puskesmas Sei Selincah Palembang.

1.1.2 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pertanyaan penelitian adalah apakah ada hubungan pengetahuan keluarga tentang perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Sei Selincah Palembang Tahun 2011

1.2 Tujuan Penelitian
1.2.1 Tujuan Umum
Diketahui hubungan antara pengetahuan keluarga tentang perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Sei Selincah Palembang Tahun 2011.

1.2.2 Tujuan Khusus
a. Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan keluarga tentang PHBS di Puskesmas Sei Selincah Palembang Tahun 2011.
b. Diketahui distribusi frekuensi kejadian diare pada balita di Puskesmas Sei Selincah Palembang Tahun 2011.
c. Diketahui hubungan pengetahuan keluarga tentang PHBS dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Sei Selincah Palembang Tahun 2011.

1.3 Manfaat Penelitian
1.3.1 Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan informasi dan menambah referensi bagi perpustakaan dalam bidang penelitian kesehatan.
1.3.2 Bagi Puskesmas Sei Selincah
Sebagai bahan masukan dan informasi dalam meningkatkan pencegahan diare dan dapat meningkatkan pelayanan kepada balita yang menderita diare.
1.3.3 Bagi Peneliti
Meningkatkan wawasan penulis tentang pengaruh pengetahuan keluarga terhadap kejadian diare, mampu mengenali permasalahan kesehatan di masyarakat serta mengaplikasikan ilmu-ilmu yang didapat dibangku kuliah ke tengah masyarakat.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan keluarga tentang perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Sei Selincah Palembang. Penelitian ini menggunakan survey analitik dan dilakukan pada bulan Mei – Juni 2011.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Konsep Dasar Diare

2.1.1. Pengertian Diare
Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lembek atau cair (Suharyono, 2008). Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal lebih dari 3 kali serta perubahan dalam isi dan konsistensinya (Brunner & Suddarth, 2002).
Diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari ( Depkes RI, 2005 ). Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja ( Mansjoer, 2007 ).

2.1.2. Etiologi
Diare akut disebabkan oleh banyak faktor antara lain infeksi, makanan, efek obat, imunodefisiensi dan keadaan-keadaan tertentu.
2.1.2.1. Infeksi
Infeksi terdiri dari infeksi enteral dan parenteral. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan dan infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan ( Ngastiyah, 2004 ). Mikroorganisme yang menjadi penyebabnya antara lain Aeromonas, Compylobacter, Clostridiumdifficile, Escherichiacoli, Enterotoxigenic, Enteropathogenic, Shigella, Salmonella, Vibrio cholera, Enteroinvasive.

2.1.2.2. Makanan
Diare dapat disebabkan oleh intoksikasi makanan, makanan pedas, makanan yang mengandung bakteri atau toksin. Alergi terhadap makanan tertentu seperti susu sapi, terjadi malabsorbsi karbohidrat, disakarida, lemak, protein, vitamin dan mineral.
2.1.2.3. Imunodefisiensi
Defisiensi imun terutama SigA (Secretory Immunoglobulin A) yang mengakibatkan berlipat gandanya bakteri, flora usus, jamur, terutama Candida.
2.1.2.4. Terapi obat
Obat-obat yang dapat menyebabkan diare diantaranya antibiotik, antasid.
2.1.2.5. Keadaan tertentu
Keadaan lain yang menyebabkan seseorang diare seperti gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf.

Selain itu, penyakit diare juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor : ( Suharyono, 2005 )
a. Faktor Gizi
Makin buruk gizi seorang anak, ternyata makin banyak episode diare yang dialami. Hubungan gizi dengan diare di negara yang sedang berkembang sering merupakan lingkaran tertutup yang sulit dipecahkan.
b. Faktor Sosial Ekonomi
Hal ini merupakan pengaruh langsung terhadap faktor-faktor penyebab diare. Kebanyakan anak yang mudah menderita diare berasal dari keluarga dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak punya penyediaan air yang memenuhi syarat kesehatan, pendidikan orang tuanya yang rendah dan sikap serta kebiasaan yang tidak menguntungkan. Karena itu faktor edukasi dan perbaikan ekonomi sangat berperan dalam pencegahan dan penanggulangan diare.
c. Faktor Lingkungan
Sanitasi lingkungan yang buruk juga akan berpengaruh terhadap terjadinya diare. Interaksi antara agen penyakit, tuan rumah dan faktor-faktor lingkungan yang mengakibatkan penyakit perlu diperhatikan dalam penanggulangan diare.

2.1.3. Patofisiologi
Diare akibat infeksi terutama ditularkan secara fekal oral. Hal ini disebabkan masukan minuman atau makanan yang terkontaminasi tinja ditambah dengan ekskresi yang buruk, makanan yang tidak matang, bahkan yang disajikan tanpa dimasak. Penularannya adalah transmisi orang ke orang melalui aeorosolisasi, tangan yang terkontaminasi, atau melalui aktivitas seksual. Faktor penentu terjadinya diare adalah faktor penyebab (agen) dan faktor penjamu (host). Fakor penjamu adalah kemampuan pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme, yaitu faktor daya tahan tubuh atau lingkaran lumen saluran cerna, seperti keasaman lambung, motilitas lambung, imunitas, juga mencakup lingkungan mikroflora usus. Faktor penyebab yang mempengaruhi patogenesis antara lain daya penetrasi yang merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan usus, serta daya lekat kuman. Kuman tersebut membentuk koloni-koloni yang dapat menginduksi diare (Mansjoer, 2007).
Penyebab diare lainnya seperti parasit, menyebabkan kerusakan berupa ulkus besar, kerusakan vili yang penting untuk penyerapan air, elektrolit, dan zat makanan (Mansjoer, 2007).
Mekanisme yang dilakukan virus masih belum jelas. Kemungkinan dengan merusak sel epitel mukosa walaupun hanya superfisial, sehingga mengganggu absorpsi air, dan elektrolit. Sebaliknya sel-sel kripti akan berproliferasi dan menyebabkan bertambahnya sekresi cairan ke dalam lumen usus. Selain itu, terjadi pula kerusakan enzim-enzim disakarida yang menyebabkan intoleransi laktosa yang akhirnya memperlama diare (Mansjoer, 2007).

2.1.4. Manifestasi Klinis
Pasien dengan diare akut akibat infeksi sering mengalami nausea, muntah, nyeri perut sampai kejang perut, demam, dan diare. Terjadinya renjatan hipovolemik harus dihindari. Kekurangan cairan menyebabkan pasien merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta suara menjadi serak. Gangguan biokimiawi seperti asidosis metabolik akan menyebabkan frekuensi pernapasan lebih cepat dan dalam (pernapasan kusmaul). Bila terjadi renjatan hipovolemik berat maka denyut nadi cepat (lebih dari 120 kali/menit), tekanan darah menurun sampai tak terukur, pasien gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin, dan kadang sianosis. Kekurangan kalium dapat menimbulkan aritmia jantung. Perfusi ginjal dapat menurun sehingga timbul anuria, sehingga kekurangan cairan tak segera diatasi dapat timbul penyulit berupa nekrosis tubular akut.
Secara klinis diare karena infeksi akut dibagi menjadi dua golongan. Pertama koleriform, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja. Kedua disentriform, pada diare didapatkan lendir kental dan kadang-kadang darah (Mansjoer, 2007).

2.1.5. Penatalaksanaan Diare
2.1.5.1. Pencegahan dehidrasi
Pencegahan dehidrasi dengan cara menambah cairan yang lebih banyak dari biasanya dan terus memberi makanan yang mengandung garam. Di Indonesia program penanggulangan penyakit diare mempunyai beberapa cairan rumah tangga yang dianjurkan untuk keperluan ini. Cairan ini meliputi oralit, cairan yang berasal dari makanan seperti sup, air tajin, air putih.
2.1.5.2. Pengobatan dehidrasi
Pengobatan yang paling baik adalah terapi minum dengan oralit. Penderita dengan dehidrasi berat harus segera diberikan cairan intravena dengan ringer laktat sebelum terapi oral.
2.1.5.3. Memberi makanan
Beri makanan selama serangan diare untuk memberi gizi pada penderita terutama anak agar kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Berikan cairan termasuk oralit dan makanan sesuai yang dianjurkan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI. (Irvan, 2010)

2.1.6. Cara Pencegahan Diare
a. Berak dikakus tidak dikali, pantai atau sembarang tempat
b. Cuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar.
c. Minum air dan makanan yang sudah dimasak.
d. Memberi ASI pada anak sesering mungkin disamping makanan lainnya sesuai dengan umur (Irvan, 2010)
Selain itu juga, tindakan dalam pencegahan diare ini antara lain dengan perbaikan keadaan lingkungan, seperti penyediaan sumber air bersih, penggunaan jamban, pembuangan sampah pada tempatnya, sanitasi perumahan dan penyediaan tempat pembuangan air limbah yang layak. Perbaikan perilaku ibu terhadap balita seperti pemberian ASI sampai anak berumur 2 tahun, perbaikan cara menyapih, kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah beraktivitas, membuang tinja anak pada tempat yang tepat, memberikan imunisasi morbili (Suratman, 2010). Masyarakat dapat terhindar dari penyakit asalkan pengetahuan tentang kesehatan dapat ditingkatkan, sehingga perilaku dan keadaan lingkungan sosialnya menjadi sehat (Notoadmodjo, 2010).

2.2. Pengetahuan

2.2.1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010).
Menurut kepastian pengetahuan (Sarwono, 1993 dalam Notoatmodjo, 2010) dapat dikelompokan menjadi lima, yaitu :
a. Pengetahuan yang memberikan kepastian dasar dan dasar kepastian.
b. Pengetahuan yang dilandasi oleh kepastian dan primary Thrust memberikan kepastian berdasarkan penalaran, baik bersifat deduktif maupun induktif.
c. Pengetahuan yang dilandasi oleh kepastian dasar dan primary Thrust memberikan kepastian berdasarkan penelitian eksperimental.
d. Pengetahuan yang dilandasi oleh kepastian berdasarkan atas sumber-sumber informasi, baik histories maupun dokrinal.
e. Pengetahuan yang dilandasi oleh kepastian dasar Primary Thrust memberikan kepastian mengenai masa depan.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoatmodjo, 2010).
Menurut Isyraq (2007), dalam Notoatmojo 2010, pengetahuan (knowledge) merupakan sesuatu yang hadir dan terwujud dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi, sentuhan dan hubungan dengan lingkungan dan alam sekitarnya.

2.2.2. Tingkat Pengetahuan
Notoatmojo (2010) mengungkapkan 6 tingkatan pengetahuan yang terdiri dari :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari, antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagianya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat sebagai aplikasi atau penggunaan hukum. Hukum rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen. Komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada keterkaitan satu sama yang lainya. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokan, dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau untuk menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoatmojo, 2010).


2.3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

2.3.1. Pengertian PHBS
Perilaku merupakan respon individu terhadap stimulasi baik yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. PHBS merupakan salah satu pilar utama dalam Indonesia Sehat dan merupakan salah satu strategi untuk mengurangi beban negara dan masyarakat terhadap pembiayaan kesehatan.

2.3.2. Tujuan PHBS
Tujuan PHBS adalah meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat agar hidup bersih dan sehat serta masyarakat termasuk swasta dan dunia usaha berperan serta aktif mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

2.3.3. Tatanan PHBS
PHBS berada di lima tatanan yakni:
1. Tatanan rumah tangga
2. Tatanan sekolah
3. Tatanan tempat kerja
4. Tatanan tempat umum
5. Tatanan fasilitas kesehatan.

2.3.4. Indikator PHBS di Tatanan Rumah Tangga
Sepuluh indikator PHBS di tatanan rumah tangga:
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Memberi bayi ASI eksklusif
3. Menimbang bayi dan balita
4. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
5. Menggunakan air bersih
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik di rumah
8. Makan sayur dan buah setiap hari
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah

2.3.5. Bidang PHBS
a. Bidang kebersihan perorangan, seperti cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun, mandi minimal 2x/hari, dan lain-lain.
b. Bidang Gizi, seperti makan buah dan sayur tiap hari, mengkonsumsi garam beryodium, menimbang berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) setiap bulan, dan lain-lain.
c. Bidang Kesling, seperti membuang sampah pada tempatnya, menggunakan jamban, memberantas jentik, dan lain-lain.

2.3.6. Pengembangan PHBS
Menyadari bahwa perilaku adalah sesuatu yang rumit. Perilaku tidak hanya menyangkut dimensi kultural yang berupa sistem nilai dan norma, melainkan juga dimensi ekonomi, yaitu hal-hal yang mendukung perilaku, maka promosi kesehatan dan PHBS diharapkan dapat melaksanakan strategi yang bersifat paripurna (komprehensif), khususnya dalam menciptakan perilaku baru. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan dan PHBS yaitu :
2.3.6.1. Gerakan Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok masyarakat.
2.3.6.2. Bina Suasana
Binasuasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan.
2.3.6.3. Advokasi
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini bisa berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan lain-lain yang umumnya dapat berperan sebagai penentu ”kebijakan” (tidak tertulis) dibidangnya dan atau sebagai penyandang dana non pemerintah (Anonim, 2010).

2.3.7. Masalah PHBS
Masalah PHBS di negara-negara yang sedang berkembang adalah penyediaan air bersih, penggunaan jamban, serta perilaku mencuci tangan menggunakan air bersih dan sabun.

2.3.7.1. Penyediaan Air Bersih
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam tubuh manusia itu sendiri. Menurut Notoadmodjo (2003), sekitar 55-60% berat badan orang dewasa terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65%, dan untuk bayi sekitar 80%. (Mulia, 2005).
Air bersih berbeda dengan air minum. Menurut Dirjen PPM PLP Departemen Kesehatan RI, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syara–syarat kesehatan dan dapat diminun apabila dimasak (Suyono dkk, 2011).
Air bersih harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:
1. Syarat fisik :
a. Tidak berbau
b. Tidak berwarna
c. Tidak berasa
d. Terasa segar
2. Syarat kimia
a. Derajat keasaman (pH) antara 6,5-9,2
b. Tidak boleh ada zat kimia berbahaya (beracun), kalaupun ada jumlahnya harus lebih sedikit sekali
c. Unsur kimiawi yang diizinkan tidak boleh melebihi standar yang telah ditentukan
d. Unsur kimiawi yang disyaratkan mutlak harus ada dalam air
3. Syarat bakteriologis
a. Tidak ada bakteri/virus kuman berbahaya (patogen) dalam air
b. Bakteri yang tidak berbahaya namun menjadi indikator pencemaran tinja harus negatif.
4. Syarat radioaktif : tidak ada zat radiasi yang berbahaya dalam air.
Berdasarkan letak sumbernya air dapat dibagi menjadi :
a) Air angkasa (air hujan)
Merupakan sumber utama air di bumi. Walau pada presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas misalnya karbon dioksida, nitrogen, dan ammonia.
b) Air permukaan
Air permukaan yang meliputi badab-badan air semacam sungai, danau, telaga, waduk, rawa, terjun dan sumur permukaan.
Sumur dibagi menjadi 2 jenis:
a. Sumur dangkal
Sumur semacam ini memiliki sumber air yang berasal dari resapan air hujan di atas permukaan bumi terutama di daerah dataran rendah. Jenis sumur ini banyak terdapat di Indonesia dan mudah sekali terkontaminasi air kotor yang berasal dari kegiatan mandi-cuci-kakus (MCK) sehingga persyaratan sanitasi yang ada perlu sekali diperhatikan.
b. Sumur dalam
Sumur ini memiliki sumber air yang berasal dari proses purifikasi alami air hujan oleh lapisan kulit bumi menjadi air tanah. Sumber airnya tidak terkontaminasi dan memenuhi persyaratan sanitasi.

c) Air tanah
Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami filtrsi secara alamiah (Chandra, 2007).

2.3.7.2. Penggunaan Jamban
Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh seperti tinja, air seni dan CO2. Masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah pokok karena kotoran manusia adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain : tipus, diare, disentri, kolera, bermacam-macam cacing seperti cacing gelang, kremi, tambang, pita, schistosomiasis.
Syarat pembuangan kotoran antara lain, tidak mengotori tanah permukaan, tidak mengotori air permukaan, tidak mengotori air tanah, kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipergunakan oleh lalat untuk bertelur atau berkembang biak, kakus harus terlindung atau tertutup, pembuatannya mudah dan murah (Notoatmodjo, 2010).
Bangunan kakus yang memenuhi syarat kesehatan terdiri dari : rumah kakus, lantai kakus, sebaiknya semen, slab, closet tempat feses masuk, pit sumur penampungan feses atau cubluk, bidang resapan, bangunan jamban ditempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau, disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih. (Notoatmodjo, 2010).

2.3.7.3. Mencuci tangan menggunakan air bersih dan sabun
Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit. Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit. Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan.
1. Waktu yang tepat untuk mencuci tangan :
a) Setiap kali tangan kita kotor (setelah, memegang uang, memegang binatang. berkebun, dll).
b) Setelah buang air besar.
c) Setelah menceboki bayi atau anak.
d) Sebelum makan dan menyuapi anak.
e) Sebelum memegang makanan.
f) Sebelum menyusui bayi.
2. Manfaat mencuci tangan
a) Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan
b) Mencegah penularan penyakit seperti diare, kolera disentri, tipus, kecacingan, penyakit kulit, Infeksi Saluran Pemapasan Akut (ISPA), flu burung atau Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
c) Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.
3. Cara mencuci tangan yang benar
a) Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun.
b) Bersihkan telapak, pergelangan tangan, sela-sela jari dan punggung tangan.
c) Setelah itu keringkan dengan lap bersih (Ambarwati, 2010).

2.4. Konsep Keluarga
2.4.1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain.
Menurut Duvall dalam Mubarak (2009), keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankanbudaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan social dari tiap anggota.
Keluarga merupakan suatu sistem. Sebagai sistem keluarga mempunyai anggota yaitu ayah, ibu, dan anak atau semua individu yang tinggal di dalam rumah tangga tersebut. Anggota keluarga tersebut berintraksi, interelasi, dan interdependensi untuk mencapai tujuan bersama. Keluarga merupakan sistem yang terbuka, sehingga dapat dipengaruhi oleh suprasistemnya yaitu lingkungan dan masyarakat. Sebaliknya sebagai subsistem dari lingkungan dan masyarakat, keluarga dapat memengaruhi masyarakat.

2.4.2. Struktur Keluarga
1. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.

4. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
5. Keluarga kawinan
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjasi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri (Mubarak, 2009).

2.4.3. Ciri-ciri Struktur Keluarga
1. Terorganisasi
Yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga.
2. Ada keterbatasan
Dimana setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
3. Ada perbedaan dan kekhususan
Yaitu setiap anggota keluarga mempunyai peran dan fungsinya masing-masing (Mubarak, 2009).

2.4.4. Tipe Keluarga
1. Traditional nuclear
Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang tinggal dalam satu rumah yang ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan.
2. Extended Family
Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya kakek, nenek, keponaka, saudara sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.
3. Reconstituted nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam satu rumah dengan anak-anaknya baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru.
4. Middle age/Aging couple
Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karier.
5. Dyadic nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak.
6. Single parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian/kematian pasangannya dan anak-anaknyadapat tinggal di rumah /di luar rumah.
7. Dual carrier
Suami istri atau keduanya berkarier tanpa anak.
8. Commuter married
Suami istri/keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
9. Single adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk menikah.
10. Three generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
11. Institutional
Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalan suatu panti-panti.
12. Communal
Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogamy dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
13. Group marriage
Suatu perumahan terdiri atas orang tua dan keturunannya di dalan satu kesatuan dan tiap individu adalah menikah dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
14. Unmarried parent dan child
Ibu san anak di mana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadosi.
15. Cohobing couple
Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan (Mubarak, 2009).

2.4.5. Fungsi keluarga
Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi dan tugas keluarga yang dapat dijalankan. Fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
1. Fungsi biologis
Yaitu fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
2. Fungsi psikologis
Yaitu memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi keluarga, memberikan perhatian diantara keluarga, memberikan kedewasaan kepribadian anggota keluarga serta memberikan identitas pada keluarga.
3. Fungsi sosialisasi
Yaitu membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing dan meneruskan nilai budaya.
4. Fungsi ekonomi
Yaitu mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang.
5. Fungsi pendidikan
Yaitu menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya, mepersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa, serta mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya (Mubarak, 2009).
Keluarga memberikan perawatan kesehatan yang bersifat perventif dan secara bersama-sama merawat anggota keluarga yang sakit. Lebih jauh lagi keluarga mempunyai tanggung jawab utama untuk memulai dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh para professional perawatan kesehatan. Keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan, dan memelihara kesehatan. Keluarga melakukan praktik asuhan kesehatan untuk mencegah terjadinya gangguan atau merawat anggota yang sakit. Keluarga haruslah mampu menentukan kapan meminta pertolongan kepada tenaga professional ketika salah satu anggotanya mengalami gangguan kesehatan.
Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan akan mempengaruhi tingkat kesehatan keluarga dan individu. Tingkat pengetahuan keluarga terkait konsep sehat sakit akan mempengaruhi perilaku keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.
Kesanggupan keluarga melaksanakan perawatan atau pemeliharaan kesehata dapat dilihat dari tuga kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Selain keluarga mampu melaksanakan fungsi dengan baik, keluarga juga harus mampu melaksanakan tugas kesehatan keluarga. Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga.
2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
4. Mempertahankan perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat (Mubarak, 2009).

2.4.6. Tugas Keluarga
Dalam suatu keluarga ada beberapa tugas dasar yang di dalamnya terdapat delapan tugas pokok, antara lain :
1. Memelihara kesehatan fisik keluarga dan para anggotanya.
2. Berupaya untuk memelihara sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
3. Mengatur tugas masing-masing sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
4. Melakukan sosialisasi antaranggota keluarga agar timbul keakraban dan kehangatan para anggota keluarga.
5. Melakukan pengaturan jumlah anggota keluarga yang diinginkan.
6. Memelihara ketertiban anggota keluarga.
7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga (Mubarak, 2009).


BAB III
KERANGKA KONSEP
DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS


3.1. Kerangka Konsep
Dengan mengadopsi dari teori Bloom (1908) dalam Notoadmodjo (2007) maka peneliti membuat kerangka konsep sebagai berikut :


Kerangka Konsep Penelitian


Variabel Independent Variabel Dependent



3.2. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1. Variabel Indepen-den
Pengeta- huan Keluarga Segala sesuatu yang diketahui oleh keluarga mengenai PHBS :
- Penggunaan air bersih
- Penggunaan jamban sehat
- Mencuci tangan mengguna- kan air bersih dan sabun Wawan- cara Kuesio-ner 1. Baik, jika responden mampu menjawab ≥ median = 21,00
2. Buruk, jika responden mampu menjawab < median = 21,00 Ordi- nal
2. Variabel Dependen
Kejadian Diare Suatu kejadian buang air besar yang tidak normal pada balita yang frekuensinya lebih dari 4 kali pada balita dan 3 kali pada anak. wawan-cara kuesio-ner 1. Ya, jika balita saat ini sedang menderita diare.
2. Tidak, jika balita saat ini tidak mengalami diare. Ordi- nal

1.3. Hipotesis
Ha : Ada hubungan pengetahuan keluarga tentang PHBS dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Sei Selincah Palembang Tahun 2011.


BAB IV
METODE PENELITIAN


4.1. Desain penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu variabel independen dan dependent diteliti dalam satu waktu atau secara bersamaan ( Notoadmodjo, 2010 ).

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1. Populasi
Populasi yang diambil pada penelitian ini adalah semua keluarga yang datang berobat ke Puskesmas Sei Selincah Palembang pada Bulan Mei Tahun 2011.

4.2.2. Sampel penelitian
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi yang diteliti. Adapun teknik sampling yang digunakan peneliti yaitu jenis non random sampling (sampel acak secara) dengan pendekatan accidental sampling yaitu suatu pengambilan sampel yang dilakukan pada responden yang kebetulan ada pada saat penelitian dilakukan (Notoatmodjo, 2010). Menurut Mahfoedz, jumlah sampel minimal 30 orang sebagai syarat untuk dapat dilakukan uji statistik.
Kriteria inklusi untuk penelitian ini adalah :
1. Anggota keluarga yang terdekat dengan balita yang berobat ke puskesmas.
2. Anggota keluarga yang bisa menulis dan membaca.
3. Anggota keluarga yang besedia menjadi responden.
4.3. Pengumpulan data

4.3.1. Sumber Data
4.3.1.1. Data primer
Data yang diperoleh melalui pengisian kuesioner yang telah disiapkan. Penyebaran kuesioner dilakukan oleh peneliti sendiri.
4.3.1.2. Data Sekunder
Diperoleh dari catatan registrasi balita sakit dari Puskesmas Sei Selincah pada bulan Mei – Juni 2011.

4.3.2. Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan untuk mempermudah saat analisa data dan juga untuk mempercepat pada entry data.
Dalam penelitian ini peneliti mewawancarai langsung dengan menggunakan kuesioner kepada responden melalui pertanyaan tertulis yaitu:
a. Data umum
Yang meliputi no responden, umur responden, umur balita, pendidikan terakhir responden, pekerjaan responden, dan alamat responden.
b. Kejadian Diare
Pertanyaaan mengenai kejadian diare ada satu pertanyaan dengan pilihan ya dan tidak.
c. Pengetahuan
Data pengetahuan keluarga tentang PHBS yang terdiri dari 20 pertanyaan tertutup. Apabila dijawab dengan benar mendapat nilai 1 (satu) dan apabila salah mendapat nilai 0 (nol).
Jawaban dari soal untuk pengetahuan:
1. C 9. A 17. A
2. B 10. C 18. A
3. A 11. A 19. B
4. B 12. B 20. B
5. A 13. C 21. C
6. B 14. B 22. B
7. C 15. A 23. A
8. B 16. B 24. A

4.4. Pengolahan Data
Menurut Notoatmodjo (2010), data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dalam beberapa tahap berikut:
4.4.1. Editing (Pengeditan Data)
Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir atau kuesioner, apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah:
a. Lengkap: yaitu semua pertanyaan sudah terisi jawabannya.
b. Jelas: yaitu semua jawaban pertanyaan tulisannya cukup jelas terbaca.
c. Relevan: yaitu semua jawaban yang ditulis relevan dengan pertanyaannya.
d. Konsisten: yaitu antara beberapa pertanyaan yang berkaitan, isi jawabannya konsisten.
4.4.2. Coding (Pengkodean)
Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan. Kegunaan dari coding adalah untuk mempermudah pada saat analisis dan juga mempercepat pada saat entry data.
4.4.3. Proccessing (Pemasukan Data)
Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, dan juga sudah melewati pengkodingan, maka langkah selanjutnya memproses data agar dapat dianalisis. Pemprosesan data dilakukan dengan cara meng-entry data dari kuesioner ke paket program komputer.

4.4.4. Cleaning (Pembersihan Data)
Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang telah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat kita meng-entry ke komputer.

4.5. Analisa Data
Data disajikan dengan mendistribusikan melalui analisis univariat dan analisis bivariat.
4.5.1. Analisa Univariat
Analisis ini digunakan dengan melihat distribusi frekuensi dari masing-masing variabel dependen (kejadian diare pada balita) dan variabel independen (pengetahuan keluarga tentang periaku hidup bersih dan sehat).
4.5.2. Analisa Bivariat
Tujuan analisis bivariat adalah untuk membuktikan ada tidaknya hubungan antara variabel independen (pengetahuan keluarga tentang perilaku hidup bersih dan sehat) dan variabel dependen (kejadian diare pada balita). Analisa statistik secara bivariat pada penelitian ini menggunakan Chi-Square Test. Hubungan secara statistik dianggap bermakna jika nilai P ≤ 0,05 (Notoatmodjo, 2010).


DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, W. (2010). Sistem Kesehatan. Jakarta : Raja Grafindo.

Adzania, M. (2004). Merawat Balita Itu Mudah. Bandung : Media Inc.

Aldi. (2007). Tanggal Penyakit dengan PHBS. (http://www.banjar-jabar.go.id/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=678, diakses pada tanggal 26 Maret 2011).

Ambarwati, E. (2010). Menerapkan PHBS Rumah Tangga Sebagai Upaya Awal Untuk Mewujudkan Rumah Tangga Sehat. (http://enyretnaambarwati.blogspot.com/2010/09/menerapkan-perilaku-hidup-bbersih-dan.html, diakses pada tanggal 2 April 2011).

Anonim. (2009). Diare : Cara Pengobatan dan Pencegahannya. (http://murtaqicomunity.wordpress.com/2009/07/07/diare-cara-pengobatan-dan-pencegahannya/ , diakses pada tanggal 26 Maret 2011).

______ . (2010). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. http://www.medical-journal.co.cc/2010/02/phbs-perilaku-hidup-bersih-dan-sehat.html , diakses pada tanggal 2 April 2011).

Brunner dan Suddarth. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Chandra, B. (2007). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC.

Irvan. (2010). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare Pada Balita. (http://irvantonius.blogspot.com/2010/02/faktor-faktor-yang-berhubungan-dengan.html, diakses pada tanggal 2 April 2011).


Mansjoer, A. (2007). Kapita Selekta kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.

Mubarak, dkk. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas. Jakarta : Salemba Medika.

Mulia, R. (2005). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Ngastiyah, (2004). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.

Notoatmodjo, (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

_________ . (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Profil Kesehatan Palembang. (2008). (http://dinkes.palembang.go.id/tampung/dokumen/dokumen-23-21.pdf, diakses pada tanggal 26 Maret 2011).

Qualiyah, A. (2010). Patofisiologi, Gejala Klinik dan Penataaksanaan Diare. (http://astaqauliyah.com/2010/06/artikel-kedokteran-patofisiologi-gejala-klinik-dan-penatalaksanaan-diare/, diakses pada tanggal 26 Maret 2011).

Suharyono, (2008). Diare Akut : Klinik dan Laboratorik. Jakarta : Rineka Cipta.

Suyono, dkk. (2011). Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam Konteks Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC.

Warouw, PS. (2002). Hubungan Faktor Lingkungan dan Sosial Ekonomin Dengan Mordibitas ISPA dan Diare. http : // digilib. Litbang.Depkes. Go. Id/go.php?id=jkpkbppk-gdl-res-2002-sonny-836-lingkungan , diakses pada tanggal 26 Maret 2011.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar